RADAR BLAMBANGAN.COM, | Banyuwangi – Pertandingan Liga Jawa Timur di Stadion Diponegoro, Banyuwangi, memicu gelombang protes keras setelah panitia pelaksana diduga melakukan pembungkaman terhadap pers. Wartawan yang hendak meliput laga tersebut dihadang dengan aturan ketat yang mengharuskan mereka memiliki ID khusus dari panitia, meskipun telah menunjukkan identitas resmi dari media masing-masing.
Ketua SNI Banyuwangi, Raden Teguh Firmansyah, dengan tegas mengecam tindakan panitia tersebut. Ia menyebut kebijakan itu tidak hanya melanggar kode etik jurnalistik tetapi juga mencederai kebebasan pers yang dijamin oleh undang-undang.
Raden mempertanyakan motif di balik pembatasan akses terhadap wartawan.
“Ini sangat tidak masuk akal. Panitia pelaksana seolah takut sesuatu yang tidak beres terbongkar. Jurnalis memiliki hak meliput, terutama dalam acara yang bersifat publik seperti ini. Tindakan mereka adalah bentuk pelecehan terhadap profesi kami,” ujarnya Sabtu (11/01/25).
Menurut Raden, larangan ini menunjukkan ketidakprofesionalan panitia dalam memahami peran pers sebagai pilar demokrasi.
“Kami bukan pengganggu, tetapi mitra. Jika panitia sudah bersikap seperti ini, wajar jika muncul spekulasi ada sesuatu yang disembunyikan,” tambahnya.
Sejumlah pengamat olahraga lokal menduga bahwa aturan ini bukan sekadar untuk pengamanan, melainkan berpotensi menyembunyikan sesuatu yang tidak transparan dalam pelaksanaan pertandingan.
“Kalau memang tidak ada masalah, kenapa wartawan harus dihalangi? Sikap panitia seperti ini hanya menimbulkan kecurigaan,” ujar Buang salah satu pengamat.
Raden Teguh Firmansyah, bersama organisasi pewarta Banyuwangi, berencana melayangkan protes resmi kepada pihak panitia dan penyelenggara Liga Jawa Timur.
“Kami akan mengambil langkah serius. Panitia harus meminta maaf kepada seluruh wartawan yang dirugikan dan mengevaluasi kebijakan ini agar kejadian serupa tidak terulang,” tegas Raden.
Masyarakat Banyuwangi kini menunggu respons resmi dari panitia pelaksana. Namun, hingga berita ini diterbitkan, panitia Liga grup A , Jawa Timur di Stadion Diponegoro masih bungkam tanpa memberikan klarifikasi.
“Ketua PANPEL Grup – A, Zulfan dihubungi lewat telepon Washap tidak bisa memberikan keterangan bungkam,” kata Raden Teguh Firmansyah.
Raden Teguh mengingatkan, Sepak bola adalah olahraga rakyat yang seharusnya mempersatukan, bukan menciptakan konflik. Tanpa pers, mereka tidak akan bisa menyampaikan pertandingan ini kepada masyarakat luas.
“Kami tidak akan tinggal diam jika pembatasan ini terus terjadi,” cetus Reden .
Apakah panitia akan memberikan penjelasan atau memilih terus bungkam? Polemik ini kini menjadi sorotan tidak hanya di Banyuwangi, tetapi juga di Jawa Timur secara luas.
Penulis: (padelreza)